Rahim Pengganti

Bab 157 "Perubahan Aneh Gina"



Bab 157 "Perubahan Aneh Gina"

0Bab 157     
0

Perubahan Aneh Gina     

Pagi ini sedikit berbeda dengan pagi lain nya, Gina yang biasa nya selalu bangun pagi tapi kali ini tidak, melihat hal itu membuat Daffa bingung, namun, pria itu tidak terlalu mengubris apa yang di terjadi. Daffa lalu beranjak dari tempat tidur nya, dan mulai masuk ke dalam kamar mandi, rumah ini sedikit banyak nya sudah di renovasi oleh Daffa sehingga satu kamar mereka memiliki kamar mandi dalam, dan satu kamar mandi umum di luar dekat dapur.     

Tidak banyak yang diubah oleh Daffa, karena diri nya tahu bahwa rumah mereka ini hanya rumah dinas saja namun, Daffa membuatnya nyaman karena dia tahu wanita yang dibawahnya adalah seorang wanita yang dibesarkan oleh kedua orang tua nya dengan kenyaman yang ada, kenyaman yang diberikan sejak lahir.     

Itulah kenapa, Daffa memberikan semua yang terbaik untuk istri nya, apalagi ketika diri nya sudah mulai membuka hati nya untuk Gina melupakan wanita masa lalu, yang tidak akan pernah bisa Daffa miliki terlebih diri nya juga sudah memiliki Gina di sisi nya saat ini.     

Daffa mulai memasang nasi goreng untuk istri nya, senyum di bibir Daffa tidak pernah luntur pria itu begitu bahagia melakukan peran sebagai seorang suami yang sedang menyiapkan sarapan untuk istri nya itu, hari Sabtu menjadi yang begitu luar biasa apa lagi Sabtu ini Daffa juga sengaja meminta digantikan untuk piket hal itu karena Gina meminta untuk mereka jalan bersama, harusnya dimulai dengan jalan pagi tapi Gina yang belum juga bangun membuat Daffa hanya bisa geleng-geleng kepala dengan rencana sang istri yang selalu gagal.     

Saat sedang mempersiapkan sarapan pagi, Daffa di kejutkan dengan kehadiran Gina yang tiba tina datang dan memeluk diri nya dari belakang.     

"Kamu kenapa gak bangunin aku sih Mas, kenapa tinggalin aku seorang diri di dalam kamar."     

Daffa yang sedang mengangkat telur yang baru saja dirinya goreng seketika terdiam. Hampir saja telur itu terjatuh, jika Daffa tidak segera sadar. Pria itu lalu membalik badannya dan menatap ke arah, sang istri yang terlihat berbeda sungguh Daffa tidak mengerti dengan perubahan sikap yang terjadi pada Gina.     

"Kamu tadi tidurnya pulas banget, aku jadi gak tenang bangunin kamu. Sekarang kamu duduk aja ya, ini nasi gorengnya udah selesai. Terus kita sarapan," ucap Daffa.     

Namun, bukan nya menurut, Gina malahan menggelengkan kepalanya wanita itu terdiam di tempatnya berdiri. "Kenapa?" tanya Daffa. Tapi tidak dibalas oleh Gina, wanita itu hanya menundukkan kepala nya tanpa berkata sedikitpun hal itu benar benar membuat Daffa bingung dengan sikap yang terjadi pada istrinya. Tidak biasanya Gina bersikap seperti ini, terlebih lagi perubahan sikap yang secara tiba tiba seperti saat ini.     

Daffa lalu meletakkan dua piring nasi goreng di atas meja, dan mengajak istrinya duduk di sofa. Gina segera memeluk lengan suami nya itu, wanita itu terlihat berbeda dari biasa nya. "Peluk Mas," ucap Gina manja. Daffa terkejut, pria itu tanpa banyak bicara segera memeluk istri nya tak lama sudah dengkuran terdengar dengan sangat jelas, Gina tertidur kembali. Dahi Daffa berkerut kedua alisnya menyatu, dan hal itu membuat Daffa kebingungan dengan apa yang terjadi.     

Sambil memikirkan apa yang terjadi, Daffa juga mengusap lembut kepala istrinya itu, dengan pikiran yang tidak menentu. Memikirkan apa yang akan terjadi, sesuatu seperti apa yang hingga membuat Daffa lama terdiam di tempatnya.     

Hingga Gina kembali terbangun, kali ini tatapan mata Gina langsung menatap tajam ke arah suami. Gina kembali tertidur sekitar sepuluh menit.     

"Mas Daffa, kenapa biarin aku tidur lagi. Kemarin kita, kan udah janjian mau jalan pagi, kalau udah siang gini gimana mau jalan," ucap Gina kesal. Wanita itu lalu bangkit dari duduk nya dan berjalan ke arah meja makan. Tidak banyak kata yang diucapkan oleh Gina, wanita itu sudah duduk di kursinya. Melihat tingkah laku sang istri membuat Daffa semakin takut, pria itu takut sesuatu hal terjadi kepada Gina sehingga istri nya itu tiba tiba berubah seperti saat ini.     

"Mas kamu masak ya, enak banget!!" teriak Gina. Perubahan mood Gina, benar benar membuat Daffa sedikit kesal. Pagi ini membuat Daffa memijat kepala nya, karena tingkah sang istri yang luar biasa sulit dikendalikan. "Kamu kenapa sayang?" tanya Daffa. Mendapatkan pertanyaan seperti itu, membuat Gina bingung.     

"Aku? Emang kenapa mas?" tanya Gina balik. Perempuan itu kembali melahap makanannya, tidak peduli dengan perubahan wajah yang sudah di tampilkan berbeda oleh suami nya itu. Daffa yang tidak mau membuat malahan segera duduk di depan istri nya. Pria itu menatap Gina yang menikmati masakannya yang terlihat sangat menggiurkan itu.     

Huek!!!     

Pria itu membuang makanan yang dirinya telan, nasi goreng itu terlalu asin hingga membuat Daffa tidak sanggup menelannya.     

"Kamu kenapa Mas?" tanya Gina. Daffa lalu minum air putih yang ada di atas meja, Pria itu menatap ke arah istri nya yang sangat enjoy dengan nasi goreng yang dia buat.     

"Kamu nggak merasa aneh dengan masakan itu?" tanya Daffa.     

Gina bingung dengan maksud yang dibicarakan oleh suami nya itu, karena Gina tidak merasakan hal aneh dengan apa yang di masak oleh suaminya. Bahkan rasa masakan ini, begitu enak berbeda dari biasa nya.     

"Kenapa emang nya mas? Ini enak banget loh, aku rasa nya mau nambah. Tapi kita kan mau pergi jalan jalan," ucap Gina.     

"Itu nggak enak loh sayang, rasa nya asin banget," ujar Daffa.     

"Asin dari mana Mas. Ini pas kok, rasa nya juga enak. Kamu ngaco ih, kalau emang gak mau makan. Sini biar aku yang habiskan, ini enak banget rasa nya," ucap Gina. Wanita itu begitu semangat memindahkan, makanan yang ada di atas piring Daffa ke piring diri nya.     

Sungguh Daffa hanya geleng geleng kepala dengan tingkah laku yang saat ini terjadi. Pada istri nya, Daffa lalu duduk di depan Gina yang begitu menikmati masakan yang diri nya masak. Entah kenapa rasa nasi goreng itu sangat asin di lidah nya dan juga tidak nyaman sehingga membuat Daffa tidak suka namun, Gina menyukai hal itu.     

Setelah selesai sarapan, Gina merebahkan diri nya di sofa ruang tamu sedangkan Daffa memasak mie instan. Sesekali Daffa memanggil nama istri nya, karena Daffa takut sesuatu hal terjadi karena istri nya yang habis memakan nasi goreng yang dia masak.     

"Sayang … sayang!!" panggil Daffa. Gina hanya membalas dengan deheman, singkat lalu Gina mulai menyalakan televisi. Wanita itu menonton film bioskop yang sudah di tayangkan di televisi.     

"Tumben banget film ginian tayang jam segini, biasa nya malam atau pas lebaran," gumam Gina. Wanita itu mencari film yang akan diri nya tonton namun, tidak ada satu film pun yang bagus menurut Gina.     

"Kenapa muka nya di tekuk gitu sih?" tanya Daffa. Pria itu sudah selesai dengan urusan dapur dan perutnya, Daffa membawa kopi yang baru saja diri nya buat dan duduk di samping Gina.     

Aroma kopi yang begitu menusuk hidung Gina membuat wanita itu menatap ke arah suami nya. Gina lalu meminta kopi yang ada di tangan sang suami. Kembali hal aneh terjadi, Gina yang paling tidak menyukai kopi atau sejenis nya tiba tiba meminta kopi yang di seduh oleh Daffa.     

"Kamu kok suka banget sama kopi, nggak bisa nya loh yang," ucap Daffa.     

Gina menatap ke arah suami nya, apa yang diucapkan oleh Daffa benar ada nya. Tidak biasa nya, diri nya menyukai Kopi, bahkan Gina paling anti dengan aroma kopi yang terlalu menyekat. Itulah kenapa khusus cabang cafe Cemara yang tak jauh dari kampusnya, sangat jarang bahkan stok untuk kopi hitam tidak ada, hal itu karena Gina tidak menyukainya. Wanita itu lebih suka dengan aroma melon yang sangat cocok jika dipadu padankan dengan hal hal yang berbau dengan kopi.     

***     

Keanehan Gina kembali menyerang, wanita itu yang biasa nya selalu berdandan lama kali ini, tampil dengan begitu simpel. Bahkan Gina menggunakan masker agar tidak terlihat wajah nya yang tidak dirinya poles dengan make up.     

"Tumben kayak gini aja?" tanya Daffa. Pria itu bingung dengan gaya pakaian Gina yang sangat santai. Celana jeans dan baju kaos yang tangan nya di gulung membuat Gina terlihat lebih cantik dan mempesona.     

"Lagi pengen pake outfit gini aja mas," jawab Gina. Daffa lalu menggangukkan kepala nya, meskipun saat ini diri nya tidak tahu harus bersikap seperti apa karena tingkah laku istri nya yang bikin berbeda.     

Parfum yang biasa digunakan oleh Gina juga tidak dipakai nya wanita itu lebih memilih menggunakan parfum yang juga di pakai oleh Daffa.     

"Istri gue kenapa sih. Apa dia salah makan," batin Daffa. Sejak pagi tadi hingga detik ini banyak hal yang terjadi, dan hal itu membuat Daffa bertanya tanya dengan sikap sang istri yang benar benar membingungkan.     

"Mas, kenapa diam aja di sana. Buruan kita pergi. Udah siang banget loh," ucap Gina. Daffa segera berjalan menuju luar tak lupa pria itu mengunci pintu rumah nya dan mulai masuk ke dalam mobil di ikuti oleh Gina.     

Selama di perjalanan Gina terus saja berkomentar ini dan itu membuat Daffa hanya bisa menjadi pendengar yang baik, sesekali Daffa akan menyahut pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan oleh sang suami. Tidak banyak hal yang dilakukan oleh Daffa selain sebagai pendengar yang baik dan benar selebihnya tidak.     

Setelah sampai di salah satu Mall, mobil yang dikendarai oleh Daffa langsung menuju tempat parkir. Terlihat dengan sangat jelas bahwa saat ini Gina sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam Mall.     

"Ayo mas," ajak Gina. Daffa langsung menggandeng tangan istrinya dan mulai berjalan ke arah lobby. Senyum bahagia begitu indah tertera di wajah Gina, melihat hal itu membuat Daffa juga ikut tersenyum.     

Keduanya berjalan menuju sebuah toko baju. Sejak di dalam mobil Gina sudah meminta untuk mereka berdua datang membeli beberapa pakaian yang diinginkan oleh Gina.     

Saat masuk ke dalam toko, tersebut wajah Gina sudah berseri seri. Wanita itu lalu menarik suami nya ke tempat baju tidur yang menurut Daffa sangat menggoda iman dirinya.     

"Mas … aku beli beberapa boleh?" tanya Gina. Tanpa penolakan Daffa, segera menganggukkan kepala nya, untuk hal yang seperti ini diri nya tidak akan pernah menolak bagi Daffa apapun yang diinginkan oleh Gina dan hal itu juga membuat diri nya bahagia akan selalu diikuti.     

Gina sibuk mencari beberapa baju tidur yang ternyata sudah sempat dirinya lihat di toko online mereka namun, Gina belum memesan nya karena takut tidak sesuai dengan apa yang dirinya inginkan.     

"Mas bagus gak?" tanya Gina.     

Daffa menganggukan kepalanya, bagi Daffa apapun yang ditunjukkan oleh istrinya akan terlihat sangat bagus. Apalagi jika nanti malam digunakan oleh Gina.     

Daffa yang berdiri tidak jauh dari Gina, mencoba mencari kursi pria itu lalu membuka handphone nya yang sudah sejak tadi pagi belum dirinya cek. Banyak sekali laporan kegiatan yang dilaporkan kepadanya oleh Area atau Galang. Daffa juga mengecek beberapa notif yang masuk ke dalam ponsel nya dari media sosial yang ada, hingga tanpa sengaja Daffa melihat foto yang baru di post oleh Melody.     

Wanita yang selama bertahun tahun, berada di dalam hati nya. Senyum di bibir Daffa terlihat jelas sangat terpaksa, tapi pria itu coba tutupi hatinya juga sedikit menjerit menyaksikan keharmonisan keluarga wanita tersebut.     

Tanpa sadar, Daffa juga sudah menyakiti Gina jika terus menerus berbohong dengan hati yang nyata masih milik orang lain.     

***     

"Mas Daffa!!" panggil seseorang. Wanita cantik nan seksi yang memiliki tinggi hampir sama dengan Daffa, pakaian yang begitu terbuka bahwa bisa di katakan sangat terbuka, hal itu sedikit membuat Daffa tidak nyaman terlebih lagi diri nya yang sedang bersama dengan Gina. Wanita itu langsung memeluk Daffa, tanpa basa basi lagi.     

"Aku kangen banget sama kamu Mas. Duh makin ganteng banget sih," pujinya. Daffa sudah berusaha melepaskan rangkulan dari tangan wanita itu, namun, tetap saja hal itu sulit.     

"Yun … tolong jangan seperti ini. Yuni … lepaskan," ucap Daffa.     

"Aku itu kangen banget sama kamu Mas, masa kamu gak kangen sama aku. Kamu nggak mau datang ke apartemen aku lagi?" ucap Yuni.     

Mata Daffa melotot dengan sangat tajam, pria itu menatap ke arah istri nya yang masih sibuk dengan pakaian yang dicari. Bisa gawat jika, Gina mendengar dan menjadi salah paham dengan ucapan yang disampaikan oleh Yuni.     

"Jangan asal bicara kamu," balas Daffa dengan nada yang begitu penuh penekanan sedangkan Yuni tidak peduli, wanita itu tetap merangkul kan tangannya ke arah Daffa. Hingga Gina melewati mereka berdua, wanita itu seolah tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh suami nya.     

Daffa yang melihat sang istri seperti ini, menjadi takut. Dengan cepat Daffa langsung melepaskan genggaman tangan Yuni, pria itu menyusul Gina yang berjalan ke luar toko tanpa membawa barang yang tadi diri nya pilih.     

"Na … Gina, sayang … sayang, please tunggu sebentar sayang," panggil Daffa. Namun, Gina berjalan dengan sangat cepat Daffa tidak mampu untuk mengejarnya dan hal itu membuat Daffa tidak suka. Pria itu harus menjelaskan apa yang sudah terjadi supaya tidak ada kesalahpahaman yang terjadi dan hal itu bisa saja berakibat fatal untuk hubungan mereka berdua.     

Namun, entah kenapa cara berjalan istrinya saat ini begitu cepat membuat Daffa sangat sulit mengejarnya. Pria itu terus berusaha mengejar sang istri, hingga di depan lift Gina yang sudah masuk duluan disusul oleh Daffa. Hampir saja, Daffa kehilangan istri nya, pria itu langsung masuk.     

***     

Di sinilah kedua nya, Gina hanya diam tidak ada ucapan yang diungkapkan oleh wanita itu, hanya diam sambil menikmati mie tumis yang saat ini di pesan oleh Gina. Melihat sang istri yang hanya diam, membuat hati Daffa semakin tidak karuan, pria itu begitu takut berbeda dengan Gina yang hanya bersikap biasa saja.     

"Sayang," ucap Daffa. Gina menatap sekilas ke arah suami nya, dan kembali melanjutkan makannya tidak ada hal yang dilakukan oleh Gina.     

"Kamu jangan salah paham dulu, dia itu Yuni salah satu teman sekolah aku dulu. Orangnya memang gitu, kamu jangan salah paham dengan apa yang diucapkan ya," ucap Daffa. Pria itu sangat berusaha untuk bisa membuat Gina percaya bahwa diri nya, tidak seperti yang diucapkan oleh Yuni saat bertemu dengan mereka di toko tersebut.     

Tapi tetap saja Gina hanya diam tidak merespon apa pun. Wanita itu terlalu fokus dengan makanan nya, bahkan saat ini Gina lebih fokus dengan ponsel nya.     

Drt drt drt     

Ponsel milik Gina bergetar, segera wanita itu mengangkatnya.     

"Hallo."     

"..."     

"Gue di tempat makan di solarindu, buruan lo semua ke sini," ucap Gina.     

Daffa hanya menjadi pendengar, sesekali pria itu berdecak kesal saat melihat senyum bahagia di bibir Gina saat menerima panggilan yang rasa nya ingin Daffa rebut. Namun, hal itu tidak mungkin terjadi karena bisa saja hal tersebut semakin membuat Gina marah dan kesal sehingga hal itu membahayakan hubungan kedua nya.     

"Gina!!" panggil seseorang. Daffa menoleh, pria itu sedikit bernafas lega ternyata orang yang menelpon istrinya adalah para sahabat dari Gina. Sekar, Akbar, dan juga Dewa yang tak lain adalah adiknya sendiri segera duduk di meja tersebut.     

"Lo bilang kemarin mager Na. Eh gak tahu nya jalan," ucap Akbar. Pria itu sudah mengambil kentang goreng yang, juga dipesan oleh Gina. Melihat hal itu membuat mata Daffa melotot pasal nya tadi Daffa ingin mengambil nya namun, tangan nya di pukul oleh Gina.     

"Gue bosen di rumah makanya pergi, eh untung ketemu kalian. Sekalian aja kita jalan bareng," ucap Gina.     

"Ayo … ayo … ayo," ucap Akbar dengan semangatnya hal itu membuat Sekara hanya bisa mendengus kesal kepada sahabatnya itu. "Eh betewe Acha mana?" tanya Gina.     

"Om Atha tiba tiba minta Acha jadi asisten dosen dia, jadi saat ini Acha sedang pergi bersama Om Atha ke acara seminar," jawab Sekar.     

"Acha setelah patah hati, langsung dapat dosen Na. Siap siap aja lo berdua dapat Tante Acha," ledek Akbar. Sekar dan Gina saling menatap satu dengan lain nya, kedua nya terlihat seperti ingin marah dan hal itu sudah membuat Daffa bersiap, mengingat perubahan mood pada Gina yang selalu berubah ubah dalam waktu dekat.     

Namun, nyata tidak Gina malahan tertawa lepas. "Bagus deh, siapa tahu Om Atha sama Acha bisa sama sama. Dari pada di gantung, eh emang nya dia jemuran," sindir Gina.     

Dewa sudah memasang wajah kesal nya, saat ini pria itu benar benar menyesal sudah ikut. Lebih baik Dewa pulang dan masuk ke dalam kamar meskipun nanti diomelin sang ibu dari pada berkumpul bersama ketiga teman nya namun, membuat hati kesal.     

"Maka nya Wa, kalau ada wanita yang menyimpan perasaan dan lo gak suka mending bilang dari awal. Eh giliran Acha udah menyerah, lo kayak seseorang yang kehabisan obat kesal terus menerus," ucap Sekar.     

Sejak tadi Daffa hanya menjadi pendengar yang baik. Pria itu tidak mengerti dengan apa yang diceritakan oleh mereka namun, saat Sekar menyebut dengan lantang nama sang adik akhir nya Daffa mengerti bahwa ada seorang wanita yang seperti nya di sakiti oleh Daffa dan saat ini adik nya itu sedang menyesal melakukan hal tersebut.     

"Kalian mau makan apa. Pesan aja nanti masukan dalam satu bil," ucap Daffa. Akbar tidak bisa di tawari dengan hal hal seperti itu, pria itu segera melakukan nya. Gina tidak menghiraukan instruksi dari sang suami, wanita itu masih memasang wajah kesal nya dan hak benar benar tidak di sukai oleh Daffa. .     

***     

Dilain tempat Acha sejak tadi memang wajah kesal nya, bagaimana tidak wanita itu terus menahan amarahnya yang tidak mungkin diungkapkan oleh dirinya. Atha dosen yang selalu dingin, tiba tiba meminta dirinya untuk mengikuti sebuah seminar yang tidak pernah diikuti oleh Acha sebelumnya. Waktu libur dan jalan bersama sahabatnya terganggu oleh acara tersebut.     

Selama ini, Gina lah yang hobby ikut seminar satu demi satu jika ada dosen yang mengutus, tapi entah kenapa harus diri nya yang diminta oleh dosen galak dan dingin seperti Atha.     

"Tidak usah mengumpat di dalam hati, ikuti saja kalau kamu tidak mau saya kasih C nantinya," ucap Atha. Mendengar hal itu membuat Acha harus menahan rasa kesalnya.     

Jika membunuh orang lain bukan suatu masalah, sudah bisa di pastikan Atha tidak akan ada di muka bumi ini lagi, pria yang begitu dingin itu selalu bisa membuat orang di sekitarnya tidak nyaman.     

"Buruan turun kita sudah sampai," ucap Atha. Dengan sangat terpaksa Acha mulai turun dan mengikuti Atha masuk ke dalam ruang seminar.     

"Selamat datang pak Atha, akhirnya anda datang juga."     

"Saya selalu datang, jika diundang. Kalau pun berhalangan hadir karena ada kegiatan yang sangat mendesak," jawab Atha. Pria itu menjawab tanpa ekspresi hanya wajah datar yang terlihat, dan hal itu benar benar membuat Acha yang ada di samping dosennya itu menatap dengan malas.     

.     

Keduanya masuk ke dalam ruangan tersebut, semua pasang mata menatap ke arah mereka entah tatapan seperti apa yang mereka berikan tapi Acha merasa tidak nyaman dengan hal itu. Tangan Acha ditarik oleh Atha, dan hal itu semakin membuat mereka semua yang ada di sana semakin memperlihatkan sesuatu yang lebih berbeda. .     

"Jangan hiraukan mereka, ikuti seminar ini dengan baik. Atau nilai kamu akan saya berikan C," ucap Atha.     

Ancaman itu benar benar tidak bisa membuat Acha bernafas dengan lega. Dengan wajah yang sudah ditekuk Acha duduk dan diam di samping Atha menyaksikan acara yang terjadi. Hatinya kesal dan marah, dengan apa yang sudah terjadi sekarang.     

##     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.